Jumat, 04 Desember 2015

E Vol U tiOn (Chapter 6)

Perlahan kehidupan ini semakin kacau ku rasa. Kehidupanku di rumah semakin di ujung tanduk. Akulah bocah yang terabaikan yang tak di anggap dan tak masuk perhitungan. Abi dan kedua kakak laki-lakiku membenciku, umi juga kecewa dan sedih dengan keadaanku. Bagiku, inilah pilihanku. Kalau aku tidak bisa mendapat ketenangan di rumah, aku akan mencari ketenanganku di luar. Hidupku seolah-olah tertukar, aku hidup di alam game dan mimpi burukku hidup di dunia.
Seorang bocah dengan masa puber yang sedang move on tanpa bimbingan yang benar untuk menghadapinya malah mendapatkan intimidasi di rumah. Aku ingin berubah...
E Vol U tiOn...
















****
Si Kaki Lincah start up...
Sepertinya kakiku ini teruji untuk berlari dan menghindari semua permasalahan di rumah. Apa bila ada terdeteksi pekerjaan di rumah, maka aku akan memilih kabur dari rumah. Terkenal juga aku ini sebagai pembangkang yang malas yang tidak mau membantu pekerjaan di rumah.
“Buat apa membantu di ruamah atau di sawah kalau tidak mendapatkan keuntungan.”
Tidak adil bagiku yang masih bocah abg untuk kerja keras dan kehilangan masa yang mulai menginjak remaja, tidak memiliki teman dan hanya memiliki bocah-bocah SD dan bahkan yang makin lebih muda dari itu.
“Bocah ya? Kakak tidak memiliki teman tapi kakak banyak memiliki bocah ya? Kalau main sama bocah main apa ya? Hahaha....”
Gery bangkitlah...
****
Gery adalah karakterku yang berbeda dari sebelumnya. Tidak ada rasa tertekan di karakter Gery ini, yang ada hanya bebas dan fly aja.
“Gery... bangkitlah! Lakukan apa yang mau kamu lakukan. Bebaskan dirimu!”
****
Bebas, aku bebas...
****
 Di akhir pekan yang indah hari Minggu yang cerah aku sedang santai di depan TV menonton acara-acara kesukaanku di salah satu stasiun TV. Nonton TV sambil menyantap serapan pagi emang enak ya tapi kayaknya nggak bakalan lama. Instingku mengatakan bakalan ada pekerjaan yang menantiku. Benar saja, bakal ada pekerjaan yang menati di sawah. Tapi ketika disuruh untuk pergi kerja, aku masih lagi serapan pagi. Aku tidak mau menjanjikan untuk ikut ke sawah. Tidak bilang iya atau bilang tidak hanya diam saja.
Setelah selesai serapan dan kondisi keluarga sedang lengah terhadap pengawanku, mereka tidak mendapatiku lagi di rumah. Jelas saja, aku telah kabur lewat pintu belakang rumah. Masalah kena marah nanti-nanti saja, aku dah biasa kena marah jadi nggak begitu berpengaruh. Kalau kena marah abi, umi dan kedua kakak laki-lakiku sudah sangat biasa. Kan kalau kata pepatah sih, ala bisa karena biasa.
“Kakak sudah kebal kena marah, sudah lebih kuat sistem kekebalan telinganya. Hahahaha.... apa lagi sekarang pake mode Gery. Kakak nggak perduli yang penting seru di luar rumah. Bebas... hidup kebebasan.
****
Kalau aku di kampung, paling Cuma main sama anak-anak yang di bawahku umurnya dan kalau lagi di rental playstation aku main dengan Hamdani dan terkadang juga bercandaan bersama anak-anak lain yang main playstation juga di rental tersebut atau aku aku menghabiskan waktu untuk main game aja di playstation. Inilah hidupku, ku isi dengan kesenangan tanpa beban. Tapi bagai mana kalau di sekolah? Apakah aku bahagia di sekolah? Iya juga ya....
“Tenang aja dek, kakak kalau di sekolah sekarang udah upgread sistem kekebalan. Kakak kan di kenal baik dan lumayan pintar dan daftar riwayat kakak-kakaknya kakak di sekolah itu juga berprestasi dan banyak dikenal sama guru-guru, jadi guru-guru selalu ada di sisi kakak. Kalau teman yang lain, mereka sering kakak teraktir jajan di kantin sekolah dan mereka bisa jadi bodyguard juga. Kalau Heri... nggak usah ambil pusing, tinggalin aja dia, kan selesai masalahnya. Pokoknya mode Gery nggak ada beban. Seru dan berbahaya...”
“Gery Maisandi, begitu kakak menyebut karakter kakak yang ini sekarang. Hidup terbang bebas bagai angin dan berubah ubah bagai awan, itulah Gery.”
****
Perubahan itu perlu dilakukan, walau terkadang perubahan yang kita buat membawa kita pada sebuah kesalahan. Tak apa kalau kita salah mengambil langkah pada awal hidup kita, dan yang perpenting kita bisa mengakhiri semua itu dengan kebaikan pada akhirnya. Kita berubah untuk yang lebih baik. Ingat itu!”

2 komentar:

  1. Abang bandel yah sama papah mamahnya abang :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya... karena abang tidak ada jadwal main. Jadi buat jadwal main sendiri. Walau resikonya menjadi anak yang tak dianggap dan dibenci. Hehehehehe....

      Masalalu.

      Hapus