Sabtu, 28 November 2015

GAME START! (Chapter 3)

Satu persatu masalah pun bermunculan disebabkan aku sudah tidak mengikuti peraturan yang tidak tertulis di rumahku itu. Aku kebanyakan menghabiskan waktuku di luar rumahdengan bermain playstation yang saat itu masih sangat buming atau sekedar nongkrong di rental playsation tersebut. Aku mencari kebebasan yang terenggut di dalam sebuah dunia yang aku merasa sangat hidup di sana, dan dunia itu adalah dunia game.














****
Dunia ini seolah terbalik di mataku. Dunia nyata bagaikan ilusi dan mimpi buruk bagiku, sedangkan aku hidup di dalam dunia game di mana aku bisa menjadi apa saja yang aku mau. Aku begitu merasa hidup di dunia game dan aku merasa sangat bebas di sana.
Aku benci dengan duniaku, benci dengan sekolahku dan kampungku. Tidak ada tempat yang menyenangkan bagiku kecuali ketika aku masuk ke dalam dunia game. Aku benci dengan kehidupanku di rumah karena tidak ada yang paham bagaimana kondisiku, aku benci kampungku karena aku tidak memiliki teman di sana dan aku benci sekolahku karena aku sering di bully dan guru-guru yang killer juga banya.
****
Merasakan semua ini sudah di luar batas normal bagiku karena terlalu terobsesi dengan dunia game. Waktu yang ku gunakan untuk bermain game lebih banyak dari pada waktu yang ku gunakan di rumah bersama keluargaku. Mengahabiskan waktu di rental playstation seharian walau terkadang aku tidak sedang bermain game menyenagkan juga bagiku, karena aku menganggap ini lah rumahku yang kedua.
Masalah makain banyak di rumah sendiri. Tiada hari tanpa kena marah abi dan kedua kakak laki-lakiku dan mereka jenuh dengan tingkahku yang tidak mau diatur. Di ruamah aku dicap sebagai anak yang malas dan bandel yang hanya dapat mendatangkan masalah. Tapi walau pun begitu aku tidak pernah bolos sekolah demi bermain game seperti teman-temanku. Bagiku sekolah adalah prioritas yang harus diutamakan. Aku tidak mau masa depanku yang ini juga ikut hancur, aku akan tetap berusaha.
Abi terkenal orangnya sangat perhitungan kalau dalam masalah uang, sedangkan aku adalah kebalikan dari abi. Aku bisa terbilang anak yang boros dan tidak pandai memakai uang, tapi aku lebih suka memakai uang untuk teman-temanku yang kesusahan seperti teman yang tidak mampu bayar buku LKS di sekolah. Dengan senang hati aku akan membantu teman temanku yang sedang dalam kesusahan, walau pun sebenarnya aku juga dalam sebuah masalah yang serius. Abi tidak pernah memberiku uang jajan meski pun aku masih bisa leluasa mengambil uang di kios sebatas untuk main game atau jajan di luar. Aku tidak pernah mengambil yang berlebihan untuk hal-hal yang bersifat mewah atau boros.  Terkadang hal itu  butuh juga untuk di lakukan untuk keperluan sekolah karena aku tidak terbiasa meminta uang langsung kepada abi. Orang tua ku juga tidak mengerti keperluanku di sekolah, yang abi tahu kalau aku itu harus hemat dan hemat. Kalau abi di minta duit, abi sering marah. Pokoknya abi nggak mau kalau hartanya itu berkurang, abi selalu ngomel panjang kalau aku minta uang secara langsung. Aku nggak berani melakukannya, mungkin karena statusku anak yang paling bandel di rumah.
****
Menjadi kucing hitam di rumah yang perlu diawasi setiap saat di rumah, tapi menjadi beruang tedi di sekolah di antara kalangan teman-temanku. Kebanyakan teman-temanku menyenangkan hati ku  walau salah satu dari mereka sangant menyebalkan bagiku. Nama temanku itu adalah Heri yang sangat aku benci di waktu dahulu, dia adalah anak pol (polisi). Di samping Heri, aku juga memiliki teman-teman yang selalu setia di sekolah, mereka membuat hiduku tersa ringan sedikit dari beban yang pernah pergores di hati ini. Ada juga si Hamdani yang menjadi teman sekelasku tidak selalu temani aku dalam suka dan sukanya.
****
Sepulang sekolah, sore hari dan malam harinya aku selalu menghabiskan waktuku di rental playstation, main atau tidak aku selalu berada di sana. Rental playstation ini bagaikan rumah keduaku dan keluarga ini juga bagaikan keluargaku yang baru. Bertahun lamanya aku main playstation di sana dari Hamdani (anak pemilik rental) masih kecil hingga dia sudah masuk masa remaja. Hamdani kecil itu selalu temani akau di sana, dia sudah seperti adekku sendiri.
“Hamdani kecil bukan Hamdani teman SMP kakak ya. Kakak sangat menyayangi bocah ini dan termasuk menyebut namanya dalam setiap doa kakak. Sama halnya kakak yang selalu mendoakan kebaikan untuk kamu. Kakak saying sama dia sama hal nya kakak menyayangi kamu.”
****

“Ketika seseorang tidak merasa nyaman pada suatu kedaan, maka dia akan mencari sesuatu yang bias membuatnya tenang. Baik atau pun buruk pilihannya nanti, bakal mempengaruhi masa depannya adek. Mungkin pilihan yang kita pilih sekarang terjatuh pada hal yang buruk. Untuk itu kita perlu memperbaikinya sekarang, agar masa depan kamu lebih cerah aja.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar