Rabu, 25 November 2015

AKU... (Chapter 2)

SMP kelas VII atau tepatnya kelas 1 SMP merupakan masa transisi dalam hidupku yang membingungkan. Ada emosi yang memuncak dan terkadang juga terasa sangat hambar hidup ini karena hanya begitu-begitu saja, karena semuanya jadi masalah pada akhirnya. Tapi aku tidak berharap seperti itu. Mudah-mudahan saja tidak. Sebuah langkah yang baru telah ku tempuh dan perubahan pun di mulai. Start….

















****
“Hero Maisandi…. Ya, itulah kakak. Kalau kamu mau panggil nama kakak, dan sekarang kakak berusia 25 tahun. Kalau kamu mau panggil dengan nama Hero juga boleh atau kak Hero… mungkin terasa manis untuk dibayangkan.  Tapi sebenarnya ada yang sakit dan salah di dalam hati ini, jauh di dalam hati kakak ini sesuatu yang kelam hidup di sana. Kamu mau tahu apa yang hidup di hati kakak ini? Kakak menyebutnya dengan shadow atau bayangan. Sebuah bayangan hitam dari ruang hati kakak yang terdalam dia hidup.”
****
Anak ke-4 dari 5 bersaudara. Aku memiliki dua orang saudara laki-laki di atasku, satu kakak perempuan dan seorang lagi adik perempuan. Umur kami tidaklah begitu jauh sekitar 1 atau 2 tahun berkelang kecuali aku dengan adikku, kami berkelang 7 tahun. Abi (ayah) adalah seorang petani dan Umi (Ibu) adalah penjual serapan pagi di depan rumah kami. Kami juga memiliki kios kecil yang menjual sembako dan keperluan rumahtangga lainnya.
Bahagia…. Ya kalau kita masih memiliki keluarga yang utuh seolah kita memiliki semua dunia ini, tapi di balik itu ada hati yang terluka. Aku memiliki matahari dan bulan beserta bintang-bintangnya di rumah. Aku juga memiliki semua cuaca dan iklim seperti cerah, berawan, hujan, bahkan badai sering menerpa tubuh dan hati ini.
Lelah… aku lelah di tengah keluargaku yang penuh dengan kerjaan, selalu ada kerjaan untukku di rumah atau pun di sawah abi. Abi juga tidak pernah berkata lembut kepadaku, selalu selalu marah karena apa yang ku kerjakan tidak pernah cukup untuknya. Semua yang ku lakukan tidak pernah membuat abi terkesan, dan semua salah di matanya. Tenaga dan tubuhku memanglah tidak sekekar teman-temanku yang biasa membantu ayah mereka di sawah, tapi kan setidaknya aku telah berusaha untuk membantu abi. Kecewa dan marah yang selalu didapatkan abi karena aku tidak sesuai dengan harapannya.
Tak jauh beda kalau aku berada di rumah, aku harus menjaga kios atau membantu umi dengan segala kesibukannya di rumah walau umi tidaklah pemarah seperti abi. Umi orangnya baik dan perhatian kepada aku, walau terkadang aku juga yang sering membuat umi dan abi bertengkar. Karena sering melindungiku umi jadi sering bertengkar dengan abi walau yang biasa menang itu adalah abi.
“Sandi… kasihanlah lihat umi” begitulah yang sering dikatakan umi kepadaku.
“Ah… kakak memang anak yang nakal ya? Kakak juga sering membuat umi kakak repot dan bertengkar dengan abi kakak. Walau bagai mana pun keadaan kakak, umi tidak mau ikut memarahi dan memojokkan kakak meski semua orang di rumah ikut marah. Umi, kakak minta maaf ya…”
****
Aku sering merasa iri dengan teman-temanku yang bebas berkeliaran dan bermain bersama. Aku hanya bisa melihat mereka dari depan ruamah saja karena tidak bisa ikut bermain bersama mereka walau mereka bermain di depan rumahku, aku harus jaga kios. Berlarian di halaman rumahku yang cukup luas untuk bermain, mereka bagaikan burung yang bebas terbang. Setiap waktu libur sekolah datang mereka bisa menghabiskan waktu bermain mereka, sedangkan aku harus membantu abi di sawah atau jaga kios dan semua itu melelahkan dan menjenuhkan.
Aku tidak memiliki banyak teman di kampung atau pun di sekolah. Kalau teman-teman sekampungku kebanyakan yang ku tahu tentang mereka hanya nama-nama mereka, alamat rumah mereka, dan nama-nama orang tua mereka saja. Aku bisa dibilang tidak pernah bermain dengan mereka, karena larangan abi untuk berkumpul-kumpul dengan mereka atau pun karena kesibukanku membantu orang tuaku. Kalau sahabatku yang dulu juga, aku tidak diperbolehkan main dengannya karena abi melarangku. Kebanyakan teman-teman sahabatku itu juga nggak cocok juga denganku karena mereka rata-rata pejudi dan pemabuk, kalau Cuma perokok aku tidak begitu mempermasalahkan sih walau aku sendiri bukan perokok.
Sahabatku bernama Zain, dia banyak berubah walau masih baik sama aku. Pergaulannya sangatlah tidak baik dan merusak pikirku. Semenjak masuk ke sekolah barunya, Zain mulai meroko, mabuk-mabukan dan menjadi pejudi yang mashur (terkenal). Walau hubungan kita masih tetap baik, tapi abi sangat melarang keras aku bermain dengannya apa. Setiap aku berpapasan atau jalan bareng dengannya ketika pulang dari main atau apa lah gitu, aku selalu disuruhnya masuk ke rumahku duluan kemudian beberapa menit kemudian dia baru melintasi rumaku. Zain tidak mau aku timarahi abi karena ketahuan jalan dengan dia, dia tahu abi tidak menyukainya. Walau pun teman Zain itu banyak, tapi sebenarnya dia kesepian dan butuh teman. Teman-temannya itu semua hanya untuk menghilangkan penat dan pahitnya hidup di keluarga yang broken home saja. Aku ingin selalu bersamanya walau sepertinya terdapat dinding pembatas yang sangat tinggi di antara kami. Dan inilah cerita singkat pertemananku dengan Zain, lainkali insyaallah ku bahas tentang Zain secara detail. Now… aku tidak memiliki teman yang seumuran denganku di kampung.
****
Biasanya aku mengahabiskan waktuku sepulang sekolah di rental playstation yang terletak tidak jauh dari sekolahku. Aku tidak pulang kerumah langsung sepulang sekolah, tapi biasanya aku mangkal di rental playstation. Satu-satunya yang dapat membuang kepenatan dalam hidupku saat itu adalah saat aku bermain playstation, walau pun setelahnya aku pasti kena marah saat pulang ke rumah. Tapi aku tidak mempermasalahkan itu, asal aku bisa bermain game dan tenang sebelumnya. Aku hidup di dunia game.
****

“Hidup adalah proses. Apa yang kita alami sekarang dan apa yang kita pilih akan menentukan bagaimana akhir kita nantinya. Jangan terpaut pada hasil saja, tapi proses kehidupan berperan besar menentukan hasil akhir.”

4 komentar:

  1. Eh tmpiln blogny di rubah ya seharusny tombol next sblh knan bkn sblh kiri hihihi

    BalasHapus
  2. Eh tmpiln blogny di rubah ya seharusny tombol next sblh knan bkn sblh kiri hihihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin yg punya blog ini terinspirasi dari blog sebelah yg tombol next di sblah kiri..
      Gak semua blog tombol nextnya di sblh kanan ;)

      Hapus
  3. Aku masih awam dalam masalah blog. maaf ya ketidak nyamanannya...

    BalasHapus